Download Versi .pdf: Mosi Untuk Sony Set.pdf
Biasanya kami hanya saling tertawa menanggapi perilaku dan komentar yth. Sony Set berkenaan dengan kampanye Jangan Bugil Depan Kamera, karena semakin hari semakin tampak bahwa beliau lebih banyak mengungkapkan hal-hal di luar kenyataan, bombastik dan sok heroik. Namun tulisan beliau di blog tvlab.blogspot.com tertanggal 21 Februari 2008 berjudul: ’JBDK – Saatnya Kita Bergerak Bersama!’, kami rasa wajib kami tanggapi karena mengandung (i) pelecehan dan (ii) adanya pembalikan berbagai fakta di gerakan JBDK.
Di Paragraf ke-2 tulisan itu, tertulis: “…Banyak rekan-rekan yang mencoba bergabung dengan JBDK, pada awalnya berharap terlalu banyak. Mungkin mereka menduga, dengan berkampanye JBDK, mereka akan cepat ngetop, terekspos dan bisa mendapat bantuan dari pihak-pihak manapun dalam waktu singkat! Jangan pernah terlalu fanatik, sok nasionalis atau terlalu berapi-api di awal, lalu hilang tanpa jejak”1
Sebelumnya kami ingin menjelaskan supaya fair, bahwa pertama kali kami melibatkan diri dengan yang sekarang dikenal sebagai Gerakan JBDK, adalah ketika kegiatan ini belum apa-apa selain cetusan Sony Set mengenai perlunya perhatian atas maraknya video porno di workshop penulisan skenario yang beliau selenggarakan. Semenjak kami bergabung kemudian dikembangkan sesuatu yang lebih serius dengan memakai nama ‘gerakan’ yang bakunya disepakati sebagai Gerakan “Jangan Bugil Depan Kamera!” alias JBDK. Menetapkan sekretariat, kemudian melengkapi visi dan misi, serta berbagai ide publikasi dan sosialisasi. Kemudian terus mengembangkan alat untuk memudahkan pemahaman serta dukungan lebih banyak orang terhadap gerakan JBDK. Yang telah berhasil antara lain: terbitan gratis sebagai informasi maupun guidance, logo, lagu tema dll.
Jadi sekali lagi, sampai saat ini kami tidak menghilang. Pada kenyataannya yang terjadi justru kami sedang berusaha ‘dihilangkan’ oleh Sony Set, orang yang secara alamiah kami percaya untuk memimpin. Betapa tidak! Semua informasi, baik yang masuk maupun keluar dengan atas nama Gerakan JBDK, dimonopoli oleh beliau, sang pemimpin ini. Dengan demikian semua tindak lanjut dari informasi bisa disetir dan dibelokkan semau-maunya demi kepentingan pribadi Sony Set sendiri. Kami? Jangankan dilibatkan, diberitahu pun tidak! Semua klaim beliau yang seolah-olah sebagai Gerakan JBDK adalah tanpa sepengetahuan yang lain.
Jauh-jauh hari kami sebagai tim ingin memperbaiki keadaan tersebut, sehingga kepemimpinan bisa efektif, visi misinya terus berjalan dan berkembang, ada koordinasi serta terlembaga, sehingga Gerakan JBDK kredibel, transparan, dan akuntabel. Legitimasi kelembagaan ini dibutuhkan, terutama di daerah, demi kepercayaan pihak lain dan terhindar dari tudingan kegiatan liar. Juga sangat penting mengingat adanya gagasan dan keikut-sertaan dalam mengadvokasi kebijakan, sebagaimana diupayakan beberapa tim, baik di Jakarta maupun daerah lain. Namun hal ini terus ditampik oleh Sony Set, dengan alasan menunggu JBDK mendapatkan ‘sponsor besar’ yang senantiasa diharapkannya. Padahal kami sudah mengkonsultasikan pelembagaan JBDK ke notaris, dan hanya membutuhkan biaya Rp 200 ribu, yang bisa kami penuhi oleh siapapun di antara kami.
Desakan semakin tegas kami lakukan, ketika Sony Set mengabaikan berbagai konfirmasi dari kami, terutama:
- Dipasangnya pengumuman permintaan sumbangan/sponsorship yang seolah-olah untuk JBDK di blognya, dengan menggunakan rekening pribadi Sony Set sendiri. Pertanyaannya: Siapa yang bisa mengontrol?2
- Secara finansial, di antara kami ada yang sudah menjadi korban, dan calon korban (beruntung sempat diperingatkan yang lain). Meminjam dana dengan alasan untuk kampanye, yang setelah dicross-check, akhirnya diakui dipakai untuk kepentingan pribadi.
- Gembar-gembor akan disalurkannya sebagian keuntungan beliau dari penjualan buku 500+ Gelombang Video Porno Indonesia adalah omong kosong.
Di lain pihak juga muncul berbagai komplain ke JBDK secara tim, yang sama sekali tidak kami tahu ujung pangkalnya, akibat ulah pribadi Sony Set. Di antara yang paling penting adalah:
- Berantakannya konsorsium JBDK di Jogjakarta, dengan akhir dibatalkannya pementasan teater ‘Drupadi’ yang merugikan berbagai pihak. Bukan saja merugikan secara waktu dan uang, bahkan beberapa mahasiswa sampai mengambil cuti smester untuk serius menggarap kegiatan ini. Dan di ujungnya, pihak lain di timlah yang harus repot menjadi tameng;
- Adanya komplain tentang pesanan paket buku dan kaos JBDK, sebagaimana diiklankan Sony Set dalam blognya.3
Sampai di sini kami masih berpikir bahwa keengganan beliau untuk tidak mengorganisasi dan melembagakan JBDK adalah kenaifan seorang yang memang seumur hidupnya belum pernah berorganisasi. Namun melihat gelagatnya, serta rekam jejaknya di kegiatan lain, kami berkesimpulan bahwa ini pola yang disengaja, karena sangat menguntungkan dirinya. Di tengah desakan kami, bukannya berusaha bertanggung jawab secara gentle, Sony Set semakin cenderung mengeksploitasi Gerakan JBDK dengan diam-diam melakukan:
- Mendaftarkan nama pribadinya sebagai Gerakan JBDK di ajang XL Indonesia Berprestasi Award;4
- Sedang memproses atas nama pribadinya sendiri hak kekayaan intelektual, entah apa atau bagian mana dari Gerakan JBDK. Kami tidak pernah diberi kesempatan memeriksa, dan hanya diberi alasan kekanak-kanakkan yang juga sering berubah bahwa proses pendaftaran hak ini demi mencegah pencurian ide oleh Malaysia. Di kali lain, katanya hanya memanfaatkan lawyer (berkantor di Wisma 46 Jakarta) secara gratis yang ingin namanya dicatat sebagai konsultan pendaftar sebuah gerakan besar di Indonesia.
Dengan mosi keberatan ini tak ada maksud apapun. Kalaupun hendak disebutkan adanya pamrih, kami hanya ingin agar nama kami secara perorang serta secara tim bisa lepas dari segala perilaku tak terpuji Sony Adi Setyawan. Kami tidak ingin Gerakan JBDK bernasib sama sebagaimana beberapa nama, lembaga, komunitas atau stasiun TV yang kerap dicatut Sony Set demi keuntungan pribadi dalam kegiatannya. Bahkan P2FTV sempat menyatakan risih menjadi alamat surat panggilan kepolisian kepada Sony Set. Berbagai email, sms, dan shoutbox bertanya heran kepada kami: “Blog pribadi Sony Set kok lebih update informasinya daripada situs resmi JBDK?” Dulu kami tanggapi secara diplomatis. Kini dengan jujur kami jawab bahwa memang demikian karena Gerakan JBDK telah dibajak oleh Sony Set seorang diri.
Kepada Sony Set kami membalik fitnahnya sendiri. Please jangan memperalat kreativitas serta resources kami menjadi ajang OKB, ajang cepat ngetop, terekspos, mengumpulkan amplop sebagai penceramah dan jualan buku. Semoga juga bisa stop mempermainkan kepercayaan orang dengan blog yang sok suci, sebelum komunitas blogger Indonesia yang sedang bergairah, mengkampanyekan ‘Jangan Bohong Depan Blog!’.
Dan kepada semua pihak, dimohon kehati-hatian dan periksa dengan seksama. Orang dengan kecenderungan menciderai apapun dan siapapun, tak pantas menjadi referens. Menjual gerakan untuk memenuhi kantong pribadi, lebih tak pantas menjadi panutan. Media perlu kritis untuk tidak jadi olok-olok menampilkan ‘hoax’ yang sepertinya benar. Kami bisa memberikan beberapa contoh. Di wawancara radio Indonesia Siesta yang dipandu Sahnaz Haque misalnya, kami pernah menasehati Sony Set untuk tidak mencari sensasi karena ia mengatakan memiliki video porno gubernur, padahal tidak. Di detikportal ia menyatakan statistik (tanpa bukti) adanya upload 2 video porno baru setiap hari di internet. Kemudian kepada Indopos Online (24/2/2008) menyatakan telah memberi masukan ke Menkominfo, tapi tidak direspon. Dan katanya melakukan pendekatan ke Kementerian Pemberdayaan Perempuan untuk menggodok draf aturan.5 Pertanyaannya, masukan serta pendekatan dengan apa, melalui siapa, dan bagaimana konkritnya draf aturan itu? Kami jamin semuanya hanya akal-akalan (hoax) Sony Set belaka. Tentunya media tidak pantas lagi jadi korban berita rekayasa, sebagaimana cerita di film ‘Shattered Glass’ atau film ‘the Hoax’nya Richard Gere.
Kami, Tim Kerja Gerakan JBDK, sebagaimana awalnya senantiasa berusaha tetap berada pada jalur yang paling produktif, tulus dan bernilai tambah bagi kemasyarakatan. Semoga dengan mosi ini pun memenuhi kualitas demikian. Di tengah iringan lagu Overload dari Sugababes, kami akhiri mosi keberatan ini. Refrainnya mengingatkan kami: …train comes I don’t know it’s destination… it’s a one way ticket to a madman’s situation… Sesuai harapan kami selanjutnya: semoga kami tak menaiki kereta yang entah ke mana tujuannya, yang tiketnya sekali jalan ke dunia orang yang nggak lurus moralitasnya. Kepada puluhan orang yang menyatakan kerelaannya menjadi volunteer Gerakan JBDK yang selama ini terabaikan, mudah-mudahan dengan ketegasan kami dalam mosi ini, membuka peluang lebih besar partisipasi kita semua dalam ikhtiar memutus rantai pembuatan dan peredaran materi Bugil Depan Kamera. Amin.
Kami semua,
Tim Kerja Gerakan ‘Jangan Bugil Depan Kamera!’
www.janganbugildepankamera.org
gro.aremaknapedligubnagnaj|ofni#gro.aremaknapedligubnagnaj|ofni
ttd.
Peri Umar Farouk & tim Jakarta (ten.aisenwalni|fup#ten.aisenwalni|fup)
Lafran Raythoudin & tim Jogjakarta (di.oc.oohay|niduohtyarnarfal#di.oc.oohay|niduohtyarnarfal)
Ahmad Faisal Ismail (moc.oohay|mokibes#moc.oohay|mokibes)
Joko Badeg & tim teater ‘Drupadi’ (moc.oohay|koatnem_airtas#moc.oohay|koatnem_airtas)
Irfan Fathoni (moc.oohay|nafri_inohtaf#moc.oohay|nafri_inohtaf)
Anto & tim Semarang (moc.liamg|yzzaj.yoj#moc.liamg|yzzaj.yoj)
Bagus & Cupid Band (moc.oohay|lubaglabog#moc.oohay|lubaglabog)